Mau Main denganku?
SEORANG pemuda tengah berbaring di atas kasur. Kedua siku tangannya
menyangga sebuah majalah bersampul personel korn yang hampir menutupi
tulisan PLANET MUSIC. Majalah itu nyaris menenggelamkan wajahnya. Sesekali tangan kirinya mendekat ke tangan satunya untuk membuka halaman.
LCD sedang memutar I Stand Alone seolah membuat poster-poster
penyanyi rock yang menempel di dinding berjingkrak jingkrak sambil
berteriak. Di sisi kanan LCD terdapat tumpukan buku. Semuanya tersusun
rapi sesuai dengan jenis-jenis buku. Tiba-Tiba portable sound yang menyuarakan Godsmackterganggu dengan gelombang ponsel. Sebuah pesan masuk....
Pemuda itu tak menghiraukannya. Ia lebih tertarik pada cangkir kopi yang
sudah terasa dingin. Namun,aromanya masih tercium saat ia mendekatkan
mulutnya ke bibir cangkir. Barulah dengan malas ia mengambil ponselnya.
Ada sebuah pesan muncul di ponselnya. Tanpa Pengirim
‘Nang ning nang gung. Namaku Putri,Usiaku 7 tahun.
Tahun 1967 seluruh keluargaku mati di bantai.
Aku mati saat memeluk boneka.
Temani aku malam ini.
Jika tidak mau, kirim pesan ini ke tujuh nomor lain.’
Pemuda itu menatap salah satu poster di dindingnya. Seolah poster
tersebut ikjut memberi komentar: mengancungkan jari tengah ke depan
hidung! Pemuda itu setuju dan menggap pesan itu adalah lelucon paling
konyol yang pernah di terimanya. Mana mungkin tahun 1967 sudah ada sms,
pikir konyolnya.
Dan lelucon itu membuat kerongkongannya menjadi kering. Sedangkan air
di botol mineralnya sudah habis di tenghaknya tadi. Dengan agak kesal ia
membuka pintu kamarnya, turun ke bawah mengambil air di galon.
Lampu di ruang bawh padam. Hanya ada sorot lampu dari teras menerobos
kaca jendela. Kelambunya yang tipis cukup untuk melihat pemandangan di
luar. Cahaya itu membantu matanya untuk menemukan galon..
Ada sepasang mata di balik kaca jendela. Ada Seorang anak berwajah pucat
sedang berdiri di teras, Mengawasi dirinya! Ia mencoba memperhatikan
dengan detai lagi,Namun ia segera menyimpulkan bahwa itu adalah gerakan
dedaunan yang menciptakan bayangan.
Tiga tegak air Cukup membasahi kerongkongannya. Ia mengisi botol air
mineralnya,agar jika nanti ia merasa haus lagi, dirinya tidak perlu
turun untuk yang kedua kalinya. Ada Sesuatu aneh kembali di lihatnya.
Kali ini lebih jelas.
Ia Melihat Seorang gadis kecil sedang berdiri di balik kelambu sambil
mendekap boneka. Bulu kuduknya merinding,Tapi setelah diamatinya lebih
teliti lagi, itu hanyalah kelambu yang tertiup
angin
Ia Menggelengkan kepala. Dirnya menyimpulkan bahwa akhir-akhir ini
kurang tiur. Itulah barangkali yang membuat sepasang matanya gak kacau
dan otaknya mencitrakan hal-hal yang sama kacaunya. Namun, perasaanya
makin tidakk dapat dipungkiri perasaan membuat bulu kuduknya kembali
merinding
Terlebih lagi saat kakinya menginjak seseuatu di tangga. Padahal,
dirinya tak mendapati ada seseuatu di tangga saat menuruninya tadi.
Ketika ia mencoba melihat benda itu dan mengambbilnya, ia
tersentak!
Ia menemukan sebuah Tangan,tangan boneka! Padahal ia tidak pernah
melihat ada anak kecil yang suka bermain boneka di rumah ini. Pikirannya
seketika menghubung-hubungkan seseuatu di balik jendela dengan pesan
yang di terimanya tadi. Bisa jadi ibunya yang sering membawa anak
tetangga kerumah ini,menjatuhkan mainan
Otaknya segera memberikan ide untuk segera ke kamar dan menguncinya
dari dalam. Dan pemuda itu bergegas menuju kamar untuk melupakan
kejadian malam ini, Kejadian yang membuat kepalanya pusing dan bulu
kuduknya
merinding
Di kuncinya Pintu kamar, Ada pesan baru lagi muncul di ponselnya. Nomor
sama dengan sebelumnya. Jantung lelaki itu berdegup kencang, Darahnya
terasa mengalir di balik kulit. Leher belakangnya terasa tertiup saat
membaca pesan:
Mau main?
Bahu pemuda itu turun naik dengan ritme yang cepat, Bola matanya
bergerak menelusuri ruangan, Jangan-jangan ia menemukan seseuatu yang
aneh. Lalu ia menarik selimut menutupi wajahnya di dalam selimut,
cepat-cepat ia memforward pesan pertama. Ia mengirim nomor lainnya semua pending. Sebuah pesan kembali masuk:
Sudah terlambat. Temani aku
Lelaki itu berbaring sambil merapatkan punggungnya ke tembok.
Selimut masih menutup seluruh tubuhnya. Tiba-tiba ia merasa yakin bahwa
di bawah kolong tempat tidurnya ada gadis kecil yg sedang menggesekan
boneka ke lantai. Ia mencoba mengintip dari balik selimut Tidak terjadi
apa-apa lama ia menunggu, tetapi tidak ada sesuatu yang janggal
terterjadi. Sebagai lelaki, pikirnya, ia harus bisa melewati malam ini
dengan penuh kejantanan. Sebab ini semua hanyaah lah perasaan takut
semata.
Kalau begitu, pikirnya lagi, ia harus memastikan indra penglihatannya
bahwa di bawah kolong tempat tidurnya tidak ada apa-apa. Pelan-pelan ia
mencoba menarik selimut dari kepalanya . lantas ia mencoba merayapkan
kepalanya kepinggir kasur,
Tanpa di sadari, napasnya tertahan ketika hidungnya mendekati pinggiran
kasur. Satu gerakan lagi ia akan bisa melihat isi kolong itu. Kulit di
bawah sepasang alisnya terangkat ke atas, membuat sepasang matanya
terbelakak, jantungnyamengiringi irama napas yang tadi tertahan. Bulu
roma di sekujur tubuhnya pun ikut bergetar..
Tiga. Dua. Ia menghentinkan napasnya sambil menghitung mundur sebagai
ancang-ancang. Satu! Ia belum juga melakukannya. Hidungnya masih
melekat di pinggir kasur. Nol! Barulah kepala lelaki itumenggantung
mekihat isi di kolong tempat tidurnya.
Perasaan ternyata lebih menakutkan dari pada kenyataan, Akhirnya ia
sadar bahwa perasaanya dapat di balik dengan kenyataan yang di tunjukan
oleh indra. Termasuk perasaan takutnya. Dilihatnya sekali lagi poster di
dindingnya yang sedang mengancungkan jari tengah ke depan hidung. Ia
masih menikmati kelucuan sikapnya dengan kepalanya menggantung di kolong
tempat tidur. Ia menyesal telah meneruskan pesan tersebut ke tujuh
nomor lain.
Lehernya terasa pegal juga ketika harus berposisi seperti itu,ia
menarik tubuhnya kembali ke tengah kasur. Tapi, kali ini indranya tidak
dapat membohongi apa yang ada di sampingnya. Seorang gadis berwajah
pucat tersenyum dengan ganjal di sampingnya, Gadis itu mengulurkan
boneka yang salah satu bagian tangannya hilang
“Aaaaaaaaaaaaaa!”